Di Usia 21 Tahun, STIA Alaska Dorong Mahasiswa untuk Lebih Trampil
Kabaresijurnalis.com, Ambon- Dalam mengembangkan kurikulum saat ini, Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) Alaska, Ambon, mengacu pada Kementerian Pendidikan kebudayaan Riset dan Teknologi, yakni Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), dengan delapan program pengembangan. Hal itu disampaikan ketua STIA Alaska, Ambon, Dr. Zainal Rengifurwarin, M.Si., usai merakayan Dies Natalis di Kampus STIA Alaska, Kawasan Air Besar (Arbes), Kota Ambon, Senin, (26/9/22)
Menurutnya, delapan program dalam MBKM, yakni magang/praktek kerja, pertukaran mahasiswa, KKN Tematik, membangun desa, dan kewirausahaan, agar mutunya kemampuan teori dan kemampuan praktik mahasiswa diseimbangkan. Dengan demikian, akan jamin kompetensi mahasiswa dan lulusan sebab otak kiri dan kanan seimbang.
“Jadi mahasiswa boleh cerdas ilmunya tapi kemampuan untuk mengembangkan inovasi dan kreativitas, tidak ada, tidak ada artinya,” katanya.
Untuk itu, visi misi STIA Alaska; mengembangkan pendidikan pengajaran dan penelitian serta pengabdian kepada masyarakat, untuk meningkatkan kualitas sumberdaya mahasiswa, sekaligus sumber daya masyarakat. Hal ini sudah sejalan dengan program Kementerian Dikbud Ristek.
Visi Misi STIA Alaska, selanjutnya dijabarkan dan dituangkan dalam kurikulum dengan pola yang dikeluarkan Menteri Pendidikan dan Ristek kurikulum Kualifikasi Kerangkan Nasional Indonesia (KKNI). Menurut Menteri, pendidikan di Indonesia, tidak terkecuali STIA Alaska, lebih banyak mengaktivasi otak kiri.
“Mahasiswa diajarkan banyak teori dan menghafal dengan total SKS 144, tapi dia tidak punya kemampuan praktikal,” ucapnya.
Dengan dua Program Studi Administrasi Negara/Publik dan Administrasi Niaga/Bisnis, tidak hanya standar visi misi. Tapi visi misi kemudian dijabarkan dan dituangkan ke dalam kurikulum. Jadi ada yang disebut hard skill dan soft skill kemampuan yang sifatnya abstrak, dikembangkan melalui praktek sedangkan hard skill sifatnya pada fisikal.
Ha ini kata dia, menjadi salah satu parameter untuk membuat STIA Alazka Ambon, walau kampusnya kecil, tapi bisa bersaing dengan kampus lainnya di Indoensia. Selain itu, kualitas tenaga pengajar juga ditingkatkan.
“Tak ada lagi pengajar yang hanya lulusan S1. Rata-rata lulusan S2, dan beberapa lulusan S3 yang mengajar di STIA Alaska,” ujar Rengifurwarin.
Lebih lanjut dirinya menjelaskan, dalam meningkatkan kualitas mahasiswa sesuai tuntutan pangsa pasar atau lapangan pekerjaan, mahasiswa STIA Alaska dituntut, tidak hanya pintar tapi juga harus punya keahlian.
“Keahlian tersebut ditingkatkan melalui magang serta kegiatan yang bersifat inovatif dan kreatif melalui kegiatan Unit Kerja Mahasiswa (UKM), dan tersedianya ruang perpustakaan, untuk mencari referensi pengetahuan, sehingga lulusan STIA Alaska, tak hanya menjadi PNS tapi juga berwiraswasta untuk membuka lapangan pekerjaan,” tandasnya.
Sejak didirikan 21 tahun lalu lanjut Rengifurwarin, STIA Alaska hingga saat ini sudah meluluskan 300-an mahasiswa, yang saat ini ada yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan ada pula yang bekerja di instansi swasta, serta ada yang berwiraswasta.
“Selain itu, hampir semua mahasiswa yang terdaftar pada STIA Alaska, mendapatkan beasiswa yang dikeluarkan Pemerintahan Presiden Joko Widodo, melalu Kartu Indonesia Pintar (KIP),” terangnya. (KJ.08)