Raja Muna Walk Out Dari Pelantikan Pengurus KKST Malteng

KABARESIJURNALIS.COM, MALTENG–Ada yang tidak beres dilakukan panitia pelantikan pengurus Kerukunan Keluarga Sulawesi Tenggara (KKST), Kabupaten Maluku Tengah (Malteng). Akibat tersinggung, membuat kehadiran Raja Kerajaan Adat Nusantara Muna, La Ode Riago, bersama seluruh pemangku adat Kerajaan Muna dan tokoh-tokoh utama masyarakat Muna di Malteng, memilih walk out (keluar), dari Gedung Baileo Ir. Soekarno, Masohi, tempat pelantikan berlangsung, Rabu, (3/07/25).
Sontak saja suasana menjadi ricu, seketika yang seharusnya menjadi momentum pemersatu warga perantau Sulawesi Tenggara di bumi Pamahanunusa justru berubah menjadi ajang kekecewaan, akibat dugaan sikap diskriminatif panitia terhadap salah satu kelompok etnis dalam lingkup KKST.
Aksi ini bermula dari salah satu tokoh masyarakat Muna, La Samsul, secara tiba-tiba naik ke podium dan menyampaikan protes keras terhadap jalannya proses pelantikan pengurus dan pengukuhan dewan adat. Di hadapan seluruh tamu undangan termasuk Bupati Malteng, Bupati SBB, unsur Forkopimda Malteng, serta tokoh adat dari berbagai etnis di Malteng. Samsul dengan tegas dan lantang menyatakan bahwa pelantikan dan pengukuhan mencederai adat, cacat prosedur dan tidak sah.
“Panitia pelantikan telah melanggar komitmen bersama yang telah disepakati. KKST ini bukan milik satu kelompok saja, tapi rumah besar yang memayungi empat etnis besar di Sulawesi Tenggara yakni Buton, Muna, Tolaki, dan Moronene. Penitia sengaja mengaburkan sejarah dua kerajaan besar Buton dan Muna,” teriak Samsul, memprotes panitia.
Menurutnya, pelantikan yang berlangsung hari ini sangat kental dengan nuansa Buton sentris, yang secara terang-terangan mengabaikan representasi dari suku Muna, Tolaki, dan Moronene.
Sikap kesatria etnis Muna, dengan pernyataan kerasnya itu, langsung memicu reaksi dari Baginda Raja Kerajaan Adat Nusantara Muna, La Ode Riago, yang hadir sebagai undangan utama bersama seluruh perangkat Kerajaan Muna dan tokoh-tokoh senior masyarakat Muna, langsung berdiri dan keluar dari arena pelantikan, langka Walk out juga diikuti sejumlah tokoh Sultra lainnya.
“Kami tidak bisa membiarkan ketidak adilan seperti ini terjadi. KKST adalah wadah pemersatu, bukan panggung dominasi satu suku. Ini bentuk pengingkaran terhadap semangat kekeluargaan yang menjadi dasar dibentuknya KKST.” Hal ini ditegaskan Baginda Raja Kerajaan Adat Nusantara Muna, La Ode Riago, kepada wartawan usai keluar dari lokasi acara.
Raja Muna menyatakan kekecewaannya terhadap panitia pelantikan yang dianggap tidak mengindahkan prinsip musyawarah dan kebersamaan dalam proses pembentukan pengurus KKST Malteng.
“Saya meminta agar kehidupan kerukunan yang menjaga kedamaian dan kebersamaan sebagai masyarakat Sulawesi Tenggara harus tetap ditata dengan baik bukan mengabaikan tiga tungku kerukunan keluarga yang lain, Muna, Tolaki, dan Moronene, hal itu tidak benar,” ucapnya.
Kejadian ini memicu keprihatinan dan sorotan dari berbagai pihak yang berharap KKST tetap menjadi rumah besar yang adil dan inklusif bagi seluruh keluarga besar Sulawesi Tenggara di Kabupaten Maluku Tengah. Hingga berita ini di rilis, belum ada pernyataan resmi dari Ketua KKST Malteng, Sukri, maupun penitia pelantikan.(KJ.07).