Tradisi Pukul Sapu Di Negeri Morela, Ini Yang Disampaikan Leleury
Kabaresijurnalis.com, Maluku Tengah– Disetiap 7 Syawal di Hari Raya Idul Fitri, Masyarakat Negeri Morela Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku Tengah (Malteng) Provinsi Maluku, melaksanakan tradisi adat yaitu ritual pukul sapu.
Tradisi adat pukul sapu sudah berlangsung turun temurun dari generasi ke genarasi sejak nenek moyang Masyarakat Negeri Morela yang dipelihara hingga sekarang dan menjadi salah satu obyek wisata tahunan yang menarik untuk diikuti.
Dimulai dari ritual adat yang dilakukan oleh pemangku adat yang dipercayakan, para prajurit bertenjang badan dengan ikat kepala merah (Berang), bercelana pendek beserta puluhan sapu, di bawa ke lapangan depan Masjid Raya Negeri Morela.
Di lapangan, para prajurit saling berhadapan, menyerang dengan memukul badan menggunakan sapu hingga badan mengalami bengkak dan mengeluarkan darah. Meski demikian, para prajurit yang saling serang tidak menderita sakit atau ada yang menjerit.
Menariknya, sesaat setelah para prajurit selesai saling memukul sapu, badannya yang terkena sapu di olesi minyak yang diyakini sudah di doakan, badan yang terkenal pukul sapu itu kembali normal yang nampak hanya bekas pukul sapunya.
Di Hari Raya Idul Fitri, 7 Syawal 1443 H, Senin, (9/5/22), bertempat di lapangan depan Mesjid Raya Negeri Morela, tradisi adat pukul sapu kembali di gelar. Ribuan masyarakat dari berbagai negeri baik yang datang dari Kota Ambon, Kabupaten Malteng dan Seram Bagian Barat, termasuk wisatawan asing menyaksikan tradisi pukul sapu.
Turut hadir Gubernur Maluku Murad Islmail , Wakil Bupati Malteng Marlatu L. Leleury,SE, Anggota DPRD Provinsi Maluku dan Malteng, Pejabat Sipil TNI Polri, Pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemkab Malteng, Camat Leihitu, Para Raja serta Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat, menyaksikan kegiatan tradisi pukul sapu.
“Kegiatan ini sebagai momentum kemeriahan hari keagamaan serta pelestarian nilai-nilai sejarah, kegiatan pukul sapu yang diselenggarakan setiap 7 Syawal, juga telah menjadi media untuk memperkenalkan potensi adat dan budaya yang sungguh beragam di Maluku, Bumi Para Raja-Raja.” Hal ini disampaikan Wakil Bupati Malteng Marlatu L. Leleury, SE, dalam sambutannya.
Sebagai bangsa yang mencintai budaya dan adat istiadat kata Leleury, tentu perayaan adat pukul sapu ini janganlah hanya dijadikan sebagai sebuah acara seremonial tahunan belaka. Tetapi seharusnya menjadi sebuah perayaan yang penuh makna.
“Perayaan yang membawa setiap warga bangsa ini kepada kesadaran akan pentingnya pelestarian nilai-nilai budaya sebagai warisan leluhur nenek moyang Maluku yang dalam perkembangannya telah menambah dan memperkaya khasanah budaya bangsa,” ucapnya.
Menurutnya, sebagai peninggalan sejarah dan warisan budaya yang telah terlaksana secara turun temurun, selaku generasi penerus, kita berkewajiban untuk memelihara dan melestarikan setiap kegiatan-kegiatan adat/budaya yang berkembang di tengah-tengah masyarakat.
“Hal ini penting untuk saya kemukakan, karena setiap peristiwa adat dan budaya, pasti memiliki nilai historis atau kesejarahan yang sangat penting, diantaranya nilai kepahlawanan, pengorbanan, toleransi, kegotong royogan, persaudaraan dan persatuan, serta nilai-nilai penting lainnya,” ingatnya.
Kegiatan pukul sapu yang diselenggarakan pada hari ini Lanjut Leleury, perayaan ini memiliki keunikan tersendiri, selain karena merupakan tradisi masyarakat di Negeri Morela pada setiap tanggal 7 Syawal. Acara pukul sapu ini juga menjadi suatu pagelaran yang paling ditunggu-tunggu oleh masyarakat Maluku, termasuk wisatawan lokal dan manca negara.
“Mudah-mudahan, melalui kegiatan ini, dapat menjadikan kita sebagai generasi yang tidak akan pernah melupakan sejarah, tradisi dan budaya. Melalui momentum ini, saya menghimbau kepada seluruh masyarakat untuk senantiasa membangkitkan semangat ke–Indonesia–an dengan sebaik-baiknya, mengokohkan persatuan dan kesatuan, serta mempererat jalinan tali silaturahim, baik di antara sesama masyarakat negeri maupun dengan negeri-negeri lainnya,” ajak Leleury. (KJ.01)