Yuslan Idris Mengajak Peserta Diskusi Bangun Semangat Kebangsaan
Kabaresijurnalis.com, Maluku Tengah– Ketua Forum Pembauran Kebangsaan Kabupaten Maluku Tengah ( FPK Malteng) Yuslan Idris, dipercayakan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) untuk menjadi nara sumber dalam kegiatan diskusi publik yang di gelar di Kota Masohi, Rabu, (14/6/23).
Kegiatan diskusi public yang diberinama “Kenduri” atau Kenal dan Peduli Lingkungan Sendiri Desa Damai, dipusatkan disalah satu Coffe di Masohi, diikuti Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama dan Aktivis Pemuda yang ada di wilayah Malteng khususnya, wilayah Kota Masohi.
Kegiatan “Kenduri” yang digagas oleh BNPT dan FKPT Provinsi Maluku dengan harapan masyarakat dapat mengambil peran untuk melakukan pencegahan radikalisme dan terorisme dilingkungannya. Yuslan Idris yang tampil sebagai narasumber, kepada peserta diskusi untuk membangun semangat kebangsaan dan bela negara.
“Wawasan kebangsaan adalah konsep politik bangsa Indonesia yang memandang Indonesia sebagai satu kesatuan wilayah, meliputi tanah (darat), air (laut) termasuk dasar laut dan tanah di bawahnya dan udara di atasnya secara tidak terpisahkan, yang menyatukan bangsa dan negara secara utuh menyeluruh mencakup segenap bidang kehidupan nasional yang meliputi aspek politik, ekonomi, sosial budaya, dan hankam,” jelas Yuslan dalam paparan materinya.
Mengutip pandangan wawasan kebangsaan oleh mantan Gubernur Lemhanas RI Prof. Muladi. Mantan Ketua Pemuda Muhamadiyah Maluku Tengah itu kembali mengunggah rasa cinta tana air dan bela negara serta menghindarkan diri dari paham-paham yang bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945.
“Wawasan kebangsaan menurut Prof Muladi mantan Gubernur Lemhanas RI menyebutkan, wawasan kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya, mengutamakan kesatuan dan persatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kesatuan atau integrasi nasional bersifat kultural dan tidak hanya bernuansa struktural mengandung satu kesatuan ideologi, kesatuan politik, kesatuan sosial budaya, kesatuan ekonomi, dan kesatuan pertahanan dan keamanan,”urainya mengutip Prof Muladi.
Dikatakan Wawasan Kebangsaan dalam kerangka NKRI, adalah cara kita sebagai bangsa Indonesia di dalam memandang diri dan lingkungannya dalam mencapai tujuan nasional yang mencakup perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai kesatuan politik, sosial budaya, ekonomi dan pertahanan keamanan, dengan berpedoman pada falsafah Pancasila dan UUD 1945 atau dengan kata lain bagaimana kita memahami Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan POLEKSOSBUD dan HANKAM.
“Tujuan mewujudkan Nasionalisme yang tinggi dari segala aspek kehidupan rakyat indonesia yang mengutamakan kepentingan Nasional dari pada kepentingan perorangan, kelompok, golongan, suku Bangsa atau daerah. Kepentingan tersebut tetap dihargai agar tidak bertentangan dari kepentingan Nasional,” tegasnya.
Wartawan senior di Malteng ini mengatakan bahwa, pengaruh media sosial saat ini telah menjadi tantangan kehidupan berbangsa dan bernegara yang secara tidak langsung telah mengikis rasa sikap dan wawasan kebangsaan warga negara yang mengarah pada distorsi rasa cinta tanah air, seperti sikap intoleran dan lain sebagainya.
“Kemajuan zaman di era digital saat ini telah menjadi tantangan serius dalam membangun keberagaman. Contohnya sikap Intoleransi. Sikap ini menculnya penyebaran permusuhan dalam bentuk info hoax yang dapat memicu konflik. Radikalisme pro kekerasan munculnya penyebaran paham radikal melalui propaganda kelompok teroris. Cybercrime Menculnya pornografi, judi online serta lain sebagainya,” urainya.
Media sosial sambung Idris, memiliki kerawanan yang lebih besar dibandingkan dengan media konvensional/media mainstrime, karena siapa saja bisa menjadi pemilik media, jurnalis, penulis yang dapat men-share apa saja yang diinginkan. Untuk itu, dirinya menghimbau masyarakat agar waspada dan berhati-hati dalam men download, men-share berita yang tidak bisa dipastikan tingkat kebenarannya.
Untuk menangkal pengaruh globalisasi di era digital yang mengncam kehidupan berbangsa dan bernegara dari faham-faham radikalisme. Ketua FPK Malteng ini mengajak seluruh elemen bangasa yang ada di Malteng untuk memperkuat nilai-nilai kearifan lokal budaya Maluku seperti budaya Pela Gandong, Makan Patita, Nyuci Negeri, Sasi serta lain sebagainya.
“Dunia sebenarnya sudah mengetahui kekayaan sosial kultur budaya orang Maluku. Bahkan Ambon kini menjadi sampel masyarakat bagi Indonesia dan dunia sebagai kota paling harmonis sebelum dan pasca masala kelam tahun 1999-2000. Tahun 2019. Mereka datang untuk belajar kerukunan umat beragama di negeri ini,” tanadnya.
“Pulihnya Maluku dari konflik horizontal berbau agama telah membuka mata dunia, mereka datang untuk melihat dan belajar dari kita. Harusnya kita bangga karena memiliki kearifan lokal / local wisdom yang mampu mempersatukan kita ditangah perbedaan. Dan ini bisa menjadi kekuatan dan senjata untuk memukul menghancurkan terorisme dan radikalisme di Indonesia terkhusus di Maluku,” tegasnya. (KJ.Nia)